masih dengan cita-cita pengen jadi pengarang yang cerdas seperti Khalil Gibran hoho *pede tingkat rendah ?
Moshi-moshi minna-san
I’m so sorry, maaf lama nggak publish fanfic ini ya…*pasang wajah innocent
Wah pasti kalian udah nuggu-nunggu kan? Sekali lagi minta maaf aku lama nggak ngapdate fic ini.
Yah gimana yah lagi nggak punya ide bikin fic ini, padahal udah berpikir keras-keras malah hasilnya jadi pusing, jadi saya berpikir lembek-lembek aja…X3 *plakkk!
Baru-baru ini aku sedang memperbaiki cara bikin fic yang baik dan mulai bertanya kesana kemiri ketumbar*lho?* maksudnya kesana kemari =.=”
Tapi tetap saja masih banyak kekurangan dalam ficku apa lagi kesalah ketik yang sering aku lakukan.
Yosh!tapi aku akan tetap berusaha!semangat!
~Reader : author banyak bacot kapan ceritanya?*bawa pentungan shoftball~
~author : i..iya…*sweatdrop =.=”~
Yah sudahlah ini dia ficku, selamat membaca^^
Summary : wah author lagi malas nulis summary *dilempari bola voli ama readers
Disclaimer : masih belum diketahui karena si author malas mencari disclaimernya HAHA*plak
Genre : romance,school life
Warning : karena author tidak percaya diri dengan apa yang ditulis dimungkinkan cerita mengandung unsure ketidakjelasan,ketidaknyambungan,keanehan, POV dan typo.
Twins in love
By. Wulan Tsuki Dorii
Chapter 4. hari pertama disekolah
Matahari mulai terbit dari langit timur. Sinar jingganya mewarnai langit pagi yang cerah. Udara terasa hangat diepidermis. Burung-burung mulai berkicau pagi ini dengan merdu. Embun-embun mulai menetes dari dedaunan. Siswa-siswi Vocaloid school mulai sibuk dikamar asramanya masing-masing. Mereka mempersiapakan diri untuk menerima pelajaran pertama mereka pada tahun ajaran baru ini.
“Ohayou Rin-chan kau sudah bangun?” kata seorang gadis berambut hijau pendek kepada seseorang yang sekarang sedang sibuk memperhatikan dirinya didepan cermin.
“Ohayou Gumi-chan,”jawab Rin dengan sopan namun ia masih sibuk memperhatikan bayangannya dicermin.
“Ah,Rin-chan kenapa?kau baik-baik saja kan?”kata Gumi yang heran melihat Rin yang sejak tadi tak mau lepas dari aktivitas bercerminnya.
“…”Rin terdiam kemudian menundukan kepalanya.
“Rin-chan?”panggil Gumi cemas.
“Gumi-chan,aku baik-baik saja hehe…”kata Rin sekarang ia menoleh kearah Gumi. “Aku hanya merasa ini adalah sebuah mimpi,aku takut ini hanyalah sebuah imajinasiku Gumi-chan.”Katanya lirih. “Tapi sepertinya ini kenyataan ya…”Sekarang Rin melebarkan senyum manis di bibirnya. “Kamar ini, asrama ini, lalu suasana ini, seragam ini semuanya adalah nyata!”
“Apa kau merasa senang Rin-chan?”tanya Gumi.
“Tentu saja aku sangat senang!”jawab rin semangat.
“Tapi kelihatannya cowok cakep yang mirip denganmu tidak merasa seperti itu ya?”Gumi menoleh kearah luar jendela kamar.
“Apa?”kata rin heran kemudian ia pun mulai mendekati jendela kamarnya. Dilihatnya sosok tubuh laki-laki itu. Sekarang ia sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Laki-laki berambut pirang itu sedang tidur bersandar dibawah pohon didekat kamar asrama Rin.
“Lihat kelihatannya dia tidak bersemangat untuk menuntut ilmu ataupun belajar bernyanyi seperti kita ya kan, Rin-chan?”kata gumi sambil menekankan nada bicaranya pada kata Rin-chan. “Tapi dia ternyata manis juga ya, Rin-chan?apa kau pernah menyadari kalau dia itu lumayan enak dipandang, ehem meksudku…”Gumi belum menyelesaikan kata-katanya karena ia menyadari sekarang Rin sudah menghilang dari kamar itu. “Aku kan belum selesai bicara!”
Rin’s POV
Hari ini, hari pertamaku akan mendapat banyak pengetahuan tentang bagaimana bernyanyi dengan baik. Rasanya seperti mimpi berada disekolah ini. Langkah demi langkah mulai aku jalani intuk menggampai cita-citaku. Aku merasa terus berkembang dan menjadi lebih baik.
Tetapi lihatlah orang itu. Bagaimana ia bisa berwajah bosan seperti itu hari ini? Apa yang sedang ia pikirkan. Aku merasa kesal padanya. Ia tidak pernah menghargai sesuatu yang telah ia miliki. Hartanya, teman-temannya, orang-orang disampinya dan bahkan diriku.
Aku ingin menjadi orang yang membuatnya bersemangat. Aku ingin ia mengerti perasaan orang lain dan menghargai orang-orang yang menyayanginya. Aku langkahkan kaki ini mendekati sosoknya yang sedang asyik tertidur dibawah pohon. Bagaimana dia bisa tidur menggunakan seragam sekolah?kenapa ia tidak langsung masuk ke kelas. Orang ini benar-benar aneh.
Aku hentikan langkahku setelah aku sudah tepat berdiri dihadapannya. Ku pandang sosoknya yang sedang tidur pulas itu. Banyak hal yang ingin aku keluhkan padanya saat ini, tapi tak dapat aku katakana. Setiap aku melihatnya aku selalu ingin menampilkan diriku yang ceria dan bersemangat. Aku ingin ia juga bersemangat menjalani hidup ini. Aku ingin dia tahu bagaimana perasan senang seorang penyanyi. Bukan tapi perasaan senang seorang manusia!
Aku berjongkok dihadapannya, mulai aku dekatkan tangan kananku kebahunya dengan ragu.
5cm
4cm
3 cm
2cm
1cm
Tanganku terhenti sebelum aku benar-benar menyentuh bahunya. Ada sesuatu yang menghentikanku. Tanganku mengubah haluan menuju wajahnya begitu pula bola mataku mulai bergerak untuk melihat wajahnya.
“Ada daun yang terjatuh diwajahnya,”kataku dalam hati. Tngankupun bergerak menyingkirkan daun itu dari wajahnya. Kemudian aku tersenyum “dia tidur terlalu pulas sampai tidak merasakan daun yang diwajahnya,” aku terus menatap wajah Len yang sedang teridur, ku pandang seluruh wajahnya Len. Rambut Len, hidung Len, Mata Len, Bibir Len. Ku perhatikan baik-baik wajah itu agar aku terus mengingat rupa Len.
“Tapi dia ternyata manis juga ya, Rin-chan?”Tiba-tiba aku teringat kata-kata gumi tadi, hal ini membuatku mengalihkan pandanganku dari wajah Len. Pipiku sekarang memanas dan mulai memerah. “Hah!apa yang sedang aku lakukan?”gerutuku dalam hati.
“Tidak!”kataku kemudian memandang kearah Len lagi. “dia nggak manis atau nggak tampan kok!dia hanya enak dipandang saja!” kataku yang sekarang sedang menggeleng-geleng kepalaku sambil menutup mataku. “dia itu benar-benar tidak…”teriakku agak keras.
“Agak apa?”aku mendengar sebuah suara didekatku. Suara itu membuatku kaget. Kemudian perlahan aku mulai menatap wajah orang yang menghasilkan suara itu. Suara yang baru beberapa hari ini aku kenal tetapi terasa sangat familiar ditelingaku.
“Len-kun sudah bangun?” kataku sambil memasang muka tak bersalah.
“Tentu saja, itu karena kau berteriak disampingku,”katanya dingin.
“tadi apa yang ingin kau katakan?”tanyanya padaku masih dengan nada dinginnya.
“katakana apa?”kataku sok tidak tahu.
“Aku dengar?”katanya sambil menatapku tajam.
“Hah?”aku kaget. “jangan-jangan ia mendengar semuanya?”pikirku yang sekarang wajahku memerah karena malu. Sekarang ia memandangku dan tersenyum penuh arti padaku.
“Apa maksudnya dengan hanya enak dipandang, Rin-chan?”kata Len padaku dengan menekankan nadanya pada namaku.
Aku terpojok dengan kata-katanya bibirku tak bisa bergerak. Tak ada satu kata-katapun yang dapat aku ucapkan untuk mengelak kata-kata Len. Sedangkan pipiku terus saja memerah karena tersipu. Alhasil…..
BLETAKKK!
Pukulan super mautku mendarat kekepala Len dengan mulus. “Aduh!”ia merintih kesakitan. Aku sadar rasanya pasti akan sangat sakit dikepala Len.
“Kau pasti salah dengar!”teriakku. “Kau harus segera datang ke kelas Len-kun!”perintahku galak. Kemudian aku langsung berlari menjauhinya. Aku tak ingin ia menanyaiku hal-hal yang lain yang tadi aku lakukan.
Normal POV
Sekarang kelas Len dan Rin sedang memulai aktivitasnya. Kelas 1.2 itu akan menjadi kelas bagi mereka untuk belajar bernyanyi selama satu tahun. Disana ada Gumi dan anak-anak lain yang juga sekelas dengan Rin dan Len.
“Ayo murid-muridku dengan semangat berapi-api kita wujudkan impian kita menjadi seorang penyanyi professional!” teriak wali kelas 1.2 yang berpenampilan nyentrik dengan rambut ungu panjangnya. Sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi keudara.
“Sensei sangat bersemangat ya?”kata Rin kagum.
“Aku harap ia sudah pakai deodorant sebelum melakukan aksi angkat tangan gaya patung libertinya itu,”kata Gumi yang duduk didepan Rin.
“Baka!”kata Len dingin sambil memalingkan wajahnya ke kaca jendela.
“Wahai murid semangatlah!” kata Kamui gakupo,wali kelas 1.2 itu sekarang menunjuk kearah murid-muridnya.
“Yosh!”kata semua murin diruangan itu dengan semangat tentunya kecuali Len yang melihatnya sebagai aksi membosankan.
“Len-kun?”kata Rin dalam hati yang tanpa sengaja meliajt ekspresi Len yang tidak bersemangat.
Kebetulan Len duduk persis disampingkirinya. Ia hanya perlu menengok kea rah kiri kemudian ia dapat melihat sosok Len yang ada disampingnya.
“Apa yang kau lihat,Rin-chan?”kata Len yang sekarang sedang menyandaran dagunya di tangannya yang bertumpu pada meja. “Jadi enak dipandang ya?”seringai Len.
Rin langsung mengalihkan pandangan kea rah papan tulis dan mulai memandang Len yang masih memandangnya. Sekarang Rin mengubah pandangannya menjadi pandangan tajam. “kau benar-benar menyebalkan!”gerutu Rin.
Len hanya tersenyum girang dan mulai mengalihkan pandangannya kerah wali kelasnya yang menurutnya sangat aneh dan tidak pantas dianggap sebagai orang dewasa.
Pelajaran pertama dikelas 1.2pun dimulai dari awal materi pengenalan tentang music dan sebagainya. Semua murid antusias hari ini, yah tentu saja hanya ada satu orang yang measa sebaliknya yaitu Len Kagamine.
---------------------------------tbc--------------------------------------
Alhamdulillah akhirnya selesai juga ^^
Bagaimana teman-teman ficku kali ini….?
Untuk bagian ini aku lagi males banyak bacot soalnya udah ngantuk. Sekarang mataku menyipit saking ngantuknya.
Terus kasihan juga tetangga ikutan denger MP3 dari computerku haha….
~tetangga : woi brisk!*nglempar panci~
~author : *bersonido ala espada di bleach* fufu nggak kena~
~tetangga : *bawa basoka* awas ya!~
~author : Hiiiiiiiii! *kabur~
Sekian dariku semoga dapat menghibur, jangan lupa kritik ama komen and like and tunggu chapter selanjutnya…..^^
Ja nee~
0 komentar:
Posting Komentar